Urgensi Kesadaran Terhadap Sejarah

Urgensi Kesadaran Terhadap Sejarah

SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=774

Nasihatku: Dari pada kamu berkata, mereka sudah mati… Katakan, Jadilah kamu orang yang jujur dan obyektif dalam menukil hakikat (sejarah). Ini nasihat untuk semua….

.

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky [*]

Di terjemah Oleh Abu Salafy

hasan_FarhanKesadaran terhadap sejarah sangat penting, ia menjadikan seorang berakal… walaupun mungkin ia tidak menghendakinya. Adapunn kebodohan terhadap sejarah maka ia akan menghalangi orang dari akal walaupun ia ingin menjadi seorang berakal. Oleh karena itu setan bergegas memperingatkan agar kita menjauh dari sejarah!

Kebodohan akan sejarah dan memerangi sejarah itulah yang menjadikan manusia menyembah Lata dan ‘Uzza dan juga dewa Manat… Dialah yang menjadikan kaum Muslimin menempuh jalan kaum durjana, karena mereka tidak mengenali mereka.

Kesadaran sejarah tidak dapat dimiliki dengan banyaknya data sejarah “menyesatkan”, tidak juga dengan menghafal data keutamaan kaum tertentu dan/atau kecaman kaum lainnya. Kesadaran sejarah adalah hal lain, langkah pertamanya adalah hendaknya kamu pandai menyaring data-data sejarah yang kamu ketahui itu. Dan menyaring data harus berangkat dari tolok ukur dan patokan yang tetap, bukan dengan bertaklid buta kepada orang lain… dalam menolak apa yang mereka tolak dan mengambil apa yang mereka ambil… Orang yang kamu ambil data darinya dan yang kamu jadikan rujukan harus disaring juga… janganlah kamu “menyembah” mereka.

Bagaimana Kaum Muslimin Membenci Sejarah, Sedangkan Kebanyakan Ayat Al Qur’an Adalah Sejarah?!

Ini adalah cacat keimanan sebelum ia sebagai cacat pengetahuan dan cacat akal. Sejarah adalah kunci (yang akan membuka) akal, dan akal adalah kunci yang membuka pintu pengetahuan.

Kemunduran, perseteruan, saling mendengki dan perpecahan adalah akibat kebencian kepada kesadaran sejarah. Siapa yang benci pengetahuan pasti Allah akan mengganjarnya dengan kedunguan dan mengunci pendengaran, pengelihatan dan hatinya.

Mereka berkata: Itu (sejarah orang-orang terdahulu/sudah berlalu dan selesailah urusannya…

Sementara mereka sendiri adalah hasil produk masa lalu…

Mereka berkata: Mereka adalah orang-orang yang sudah mati...

Tetapi anehnya mereka mengikuti dan menapak-tilasi jalan kaum Mujrimin (durjana)..

Mereka berkata: Allah tidak akan meminta kita bertanggung jawab atas perbuatan dan kelakuan mereka… Tetapi mereka lupa akan firman Allah:

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُم مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَّعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِّنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِن لَّا تَعْلَمُونَ (38)) – [الأعراف

“Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman: “Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui. “ (QS. Al A’raf; 38)

.

Ini adalah sejarah…. Apakah ia akan kita lempar ke laut?!

Sebagian teman pengunjung meminta saya membantah syubhat (alasan yang dibuat-buat tanpa dasar): bahwa apa yang saya ungkap hanyalah sejarah dan sudah berlalu, para pelakunya pun telah mati jauh sebelum kita, Allah lah kelak yang akan meng-hisab mereka… dll

Dan saya mengajak bicara mereka yang membenci sejarah dengan penuh kecintaan dan kasih sayang, saya katakan kepada mereka: “Tolong berikan saya solusinya…

Apa sebenarnya yang kalian maukan? Apakah kalian menginginkan Membuang sejarah seluruhnya ke laut? Tolong katakan kepada kami dengan jelas dan tanpa ada yang disembunyikan!

Jika mereka berkata: Ya, kami mau melempar seluruh sejarah ke dalam laut. Sejarahlah yang memecah belah kita dan menanamkan permusuhan dan kebencian di antara kita…

Maka saya akan katakan kepada mereka: Di dalam Al Qur’an juga ada data sejarah… apakah juga akan kita buang dan lempar ke dalam laut?

Di sini mereka akan berkata: Tidak!

Baik. Kita sudah kecualikan data sejarah yang ada dalam Al Qur’an.

Apakah kita ingin membuang data-data sejarah yang termuat dalam kitab-kitab lain seperti kitab-kitab hadis Shahih (Shihah), Musnad-musnad, Sunan-sunan dan kitab-kitab Thabaqat… dll

Jika mereka berkata: Tidak!

Maka kami katakan kepada mereka: Sebenarnya sejarah yang membuat gusar kalian itu apa? Dan apakah jika kita telah buang (seperti permintaan kalian) kita bisa sepakat, berangkulan dan bergandeng tangan dan bersaudara tanpa kekeruhan apapun?

Jika mereka berkata: Kami menginginkan membuang sejarah yang menyebut-nyebut kesalahan Salaf (para pendahulu, seperti sahabat Nabi saw. dll)…

Maka kami akan jawab: Al Qur’an sendiri telah menyebutkan dan mengabadikan data kesalahan sebagian Salaf, lalu apa yang kita harus lakukan?

Apakah membuang data sejarah yang memojokkan kita itu tindakan berakal dan sesuai dengan pengetahuan kemanusiaan?

Tahukan kalian apa makna ucapan kalian itu? Ucapan kalian itu maknanya ialah bahwa kita tidak boleh menulis kecuali kebaikan Salaf saja… Kebaikan masa lalu saja… Adapun keburukan Salaf dan masa lalu maka tidak boleh ditulis….

Baik… metode itu, apakah itu Qur’ani (sesuai Al Qur’an) dalam menyajikan sejarah peristiwa-peristiwa atau tidak?

Pasti semua akan ingat ayat-ayat yang menyajikan peristiwa-peristiwa sejarah dan mengabadikan beberapa kesalahan Salaf… Dalam peperangan Uhud dan Hunain bahkan dalam perang Badar dan Tabuk dan peristiwa-peristiwa lainnya juga…

Apa yang harus kita lakukan?

Di sini kaum berakal akan berkata: Kamu benar… Metode Al Qur’an dalam menyajikan kebaikan dan keburukan… dalam memuji kaum yang pantas dipuji dan mengecam yang berhak dikecam…

Jadi, tepatnya apa sih perbedaan di antara kita? Karena ketika saya menyingkap kepada kalian sebagian hakikat kebenaran sejarah yang menyakitkan itu bukan karena saya ingin peristiwa itu terjadi, tetapi disayangkan ia sudah terjadi.. itu bukan dosa saya… Sejarah mengabadikan data peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan menulis apa yang menjadi angan-angan.

Mungkin sebagian orang berkata: Tetapi mengungkap pristiwa-pristiwa itu tidak ada gunanya…

Maka kami katakan: Anggap saja kami sepakat dengan kalian, maka biarkan kami melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya, dan kalian bekerjalah pada apa yang ada manfaatnya… Manusia itu memiliki beragam kecenderungan dan konsentrasi.

Selain itu, mereka tidak meninggalkan menyebut-nyebut kesalahan-kesalahan orang lain padahal itu juga sejarah. Mereka itu gemar menyebut-nyebut kesalahan dan kejahatan kelompok-lelompok lain….

Lalu apa bedanya?

Kalian harus konsisten di atas metode kalian!

Tentu saya mengerti rahasia di balik sikap plin plan mereka itu…. rahasia mengapa mereka benci mengungkap sejarah kesalahan Salaf dan orang-orang yang telah berlalu dari nenek moyang mereka… Karena kita sebenarnya masih Jahiliyyin (bermental Jahiliyah) kita hanya senang berbangga-bangga dan benci menginstropeksi diri…

Ini rahasianya.

Mental Jahiliyah dalam mengkultus ego bukanlah metode Al Qur’an, bukan metode hadis juga bukan metode sejarah... Bukan pula metode sejarah dunia dan sejarah bangsa-bangsa di muka bumi ini…!

Ini hanya perasaan Jahiliyah dan kekanak-kanakan.

Ssorang bocah suka kalau ayahnya engkau puji walaupun ayahnya itu manusia paling buruk…

Ini mental kekanak-kanakan… Kita harus meninggi di atasnya… Kita harus berada dalam posisi umat-umat lain di muka bumi ini… Bahkan Al Qur’an mengecam sikap ikut-ikutan yang hanya didasari fanatisme buta.

Mungkin ada yang berkata: Kami tidak mencegah diri dari membaca sejarah dengan segala kebaikan dan keburukannya, tidak juga mencegah diri dari menilai orang-orang dengan dasar Syari’at, tetapi kamu membawakan banyak data yang kami tidak pernah mendengar sebelumnya, kamu mempunyai motif, tujuan… dll

oke

Akan tetapi Redaksimu bersifat umum…

Jangan kalian mengecam atas kesalahan saya atau dari selain saya…

Bukankah kalian yang berkata: Mereka itu sudah lama mati dan hisab mereka di sisi Allah…. Redaksi kalian ini juga mengesankan keumuman!

Maksud saya kalian sepertinya menginginkan menolak seluruh data sejarah, menolak menilai para pelaku dan perancang pristiwa-pristiwa sejarah, lalu setelahnya kalian kontradiksi dan hanya berbangga-bangga dengan para pelaku dan tokoh peristiwa dalam sejarah, sementara pihak lain kalian kecam, padahal mereka yang kalian kecam itu juga sudah mati.

Selain itu telah matinya seorang bukan alasan yang cukup untuk berhenti membaca sejarah hidupnya dan pengaruhnya terhadap berbagai sisi ilmu pengetahuan Islam…

Perhatikan, Fir’aun oleh Al Qur’an diabadikan kecaman atasnya… Begitu juga dengan Abu Lahab dll.

Oleh karena itu saya nasihatkan kepada kalian: Daripada kalian berkata: “Mereka sudah mati…” Lebih baik kalian katakan: Jadilah kamu orang yang jujur dan obyektif dalam menukil hakikat sejarah… Ini nasihat saya untuk semua…

Hakikat dengan seluruh yang kita suka maupun yang tidak kita sukai… Ini adalah yang dilakukan umat-umat di dunia ini…

Tiada di kalangan bangsa-bangsa orang yang berkata: Tinggalkan sejarah! Karena mereka mengetahui bahwa sejarah mengandung banyak manfaat, pelajaran dan berpengaruh, dan mustahil ditelantarkan.

Benar, kamu punya hak untuk mengatakan: Kamu memiliki kesalahan metodologis dan pemikiran serta fanatik dan terhanyut arus hawa nafsu

Kamu bebas…. Itu pendapat dan penilaianmu tentang saya. Dan saya pun memiliki hak untuk berpendapat lain. Kita masih saling berkasih sayang dengan ikatan titik temu kesepakatan dasar dalam agama…

Manusia butuh kepada pertanyaan-pertanyaan sederhana itu dan juga kepada jawaban-jawaban sederhana itu… Mereka butuh ketenangan dalam mengkaji dan menyajikan masalah ilmia demi pengetahuan semata.

Di sana masih banyak dasar-dasar yang pasti kebenarannya yang dapat menjadi pemersatu.

______________

.

(*). Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky adalah ulama moderat Arab Saudi. Beliau seorang Ahli hadis, hukum Islam dan peneliti sejarah, serta seorang peduli HAM, beliau anti sektarian, ekstrimisme dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama, Anda bisa berinteraksi dengan beliau lewat halaman facebook dan Twitter-nya. juga bisa mendowload buku-bukunya lewat situs resminya http://almaliky.org/index.php atau mendengar ceramah-ceramahnya lewat halaman youtube-nya)

********************

2 Tanggapan

  1. setuju sekali akhi. Sejarah adalah masa lalu. Tetapi dengan sejarah kita jadi lebih tahu apa yang terbaik untuk kita lakukan.

    nitip Link akhi
    http://yonox.wordpress.com/

  2. Memang benar mempelajari sejarah perjuangan para pendahulu kita sangatlah penting,hampir semua kehidupan masa lalu oleh AlQuran disebutkan, karena untuk mengingatkan bagi siapapun yang beriman kepada Allah swt, karena sebagai Ibrah, agar utamanya kebathilan tidak menimpa diri kita, bagaimana Haq Allah diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasulnya, semua ini untuk menyelamatkan umat yang beriman agar tidak berulang saat ini kita hidup, bagaimana Nabi dan rasul dalam mencintai Allah, sangat perlu kita teladani jika kita mengakui beriman kepada Allah swt. sebab semua orang hidupnya ingin selamat, didunia ini dan kelak diakhirat, kendatipun orang itu tidak beriman kepada Allah, tetap hidupnya ingin selamat, akan tetapi perbuatanya sendiri ,malahan bertolak belakang menjadi celaka. Maka sangatlah tidak berakal jika Allah membuat banyak perumpamaan tidak dimanfaatkan untuk jalan kehidupanya, terutama bagi siapapun yang melaksanakan Diinul Haq sudah pasti akan mengambil manfaat dari pelajaran masa lalu, yang telah diazab Allah, kemudian untuk tidak terulang pada dirinya, dan sejarah merupakan pelajaran yang wajib direnungi sedalam-dalamnya…setuju.banget

Tinggalkan komentar