Khalifah Al-Walid Bin Yazid: Fir’aunnya Umat Islam

Khalifah Al-Walid Bin Yazid: Fir’aunnya Umat Islam

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-al-walid-bin-yazid-firaunnya-umat-islam/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Wafatnya Khalifah Hisyam bin Abdul Malik setelah berkuasa sekitar 19 tahun menandai berakhirnya masa kejayaan Dinasti Umayyah. Setelah itu, Dinasti Umayyah memasuki masa-masa awal kehancurannya. Hisyam wafat pada 6 Februari tahun 743 Masehi, bertepatan dengan tahun 125 Hijriah, atau tujuh tahun sebelum Dimasti Umayyah tumbang di tahun 750 Masehi. 

Hisyam digantikan oleh keponakannya, al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik (709-744), yang dikenal dengan julukan al-Walid II, untuk membedakannya dengan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (668-715). Al-Walid II, pengganti Hisyam, inilah yang dijuluki Fir’aunnya umat Islam. Bagaimana kisahnya? Mari kita lanjutkan ngaji sejarah politik Islam.  Baca lebih lanjut

Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik: Nepotisme Dan Peperangan Yang Tak Terhindarkan

Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik: Nepotisme Dan Peperangan Yang Tak Terhindarkan

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-hisyam-bin-abdul-malik-nepotisme-dan-peperangan-yang-tak-terhindarkan/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Ini kisah khalifah kesepuluh Dinasti Umayyah. Khalifah Hisyam bin Abdul Malik menggantikan Abang tirinya (berlainan ibu), yaitu Yazid bin Abdul Malik. Saat Yazid wafat, Hisyam sedang berada di luar Damaskus, tepatnya di villanya yang berada di area Zaitunah. Seorang utusan datang membawa surat pemberitahuan ihwal wafatnya Khalifah Yazid dan membawa cincin khalifah serta mengabarkan bahwa Yazid telah mewasiatkan Hisyam sebagai penggantinya.

Hisyam, yang ibunya telah dicerai ayahnya saat dulu melahirkannya, segera berangkat dikawal menuju Damaskus untuk menerima bai’at sebagai khalifah.

Dalam tulisan Khalifah Ketujuh Umayyah: Sulaiman yang Narsis, saya telah mengisahkan bahwa saat Umar bin Abdul Azis diumumkan sebagai khalifah, wajah Hisyam tertunduk lemas karena berharap dialah yang diangkat sebagai khalifah. Namun ternyata Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik malah menyebutkan nama Umar dan kemudian Yazid bin Abdul Malik. Jadi, Hisyam menunggu sekitar 6-7 tahun, diselingi dua khalifah, Umar dan Yazid, sebelum akhirnya dia berkuasa pada usia 34 tahun. Baca lebih lanjut

Khalifah Yazid Bin Abdul Malik: Instabilitas Dan Pertumpahan Darah

Khalifah Yazid Bin Abdul Malik: Instabilitas Dan Pertumpahan Darah

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-yazid-bin-abdul-malik-instabilitas-dan-pertumpahan-darah/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Yazid bin Abdul Malik otomatis menggantikan Umar bin Abdul Azis sebagai khalifah sesuai dengan surat wasiat abangnya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Umar dan Yazid memang satu paket disebutkan dalam surat itu. Jadi, saat keluarga besar Dinasti Umayyah meracun Khalifah Umar bin Abdul Azis yang terkenal baik dan sederhana itu, mereka sudah tahu bahwa Yazid yang akan naik menggantikan Umar.

Yang mereka tidak tahu tentu adalah bagaimana naiknya Khalifah Yazid akan membawa instablitas politik dan pertumpahan darah selama masa kekuasaannya.

Menurut Imam Thabari, Yazid berusia sekitar 29 tahun saat menjadi khalifah. Selama 40 hari setelah wafatnya Umar bin Abdul Azis, menurut Imam Suyuthi, dilaporkan bahwa Yazid maish meneruskan kebijakan Umar bin Abdul Azis yang lurus dan adil.

Itu sebabnya keluarga besar Dinasti Umayyah jengkel dan tidak sabaran kepada Yazid. Maka didatangkanlah 40 ulama yang kemudian bersaksi bahwa seorang khalifah tidak akan diminta pertanggungjawaban dan tidak akan terkena sanksi apa pun. Sejak itu, Khalifah Yazid menjadi berubah. Kebijakan Umar bin Abdul Azis mulai dia hapuskan. Bani Umayyah pun bersorak melihat perubahan ini. Baca lebih lanjut

Khalifah Umar Bin Abdul Azis Yang Wafat Diracun

Khalifah Umar Bin Abdul Azis Yang Wafat Diracun

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-umar-bin-abdul-azis-yang-wafat-diracun/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

22 September 717 adalah hari di mana Umar bin Abdul Azis, Khalifah kedelapan Dinasti Umayyah, menerima bai’at. Dia dikenal sepanjang masa dengan nama yang harum. Dialah contoh khalifah terbaik dari Dinasti Umayyah. Namun, sayang, kekuasaannya tidak berlangsung lama, sependek usianya. Dia wafat diracun oleh keluarganya sendiri.

Di masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis ada pemberontakan dari kelompok Haruriyah Khawarij. Umar bin Abdul Azis merespons pemberontakan tersebut mula-mula dengan meminta mereka untuk bersikap berdasarkan Qur’an dan Sunnah.

Pesan Umar ini sangat mengena karena justru selama ini Khawarijlah yang selalu merasa paling islami dengan paling benar pemahamannya terhadap Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Pesan Khalifah Umar bin Abdul Azis meminta mereka untuk diam sejenak dan melakukan refleksi benarkah apa yang mereka lalukan sudah sesuai dengan kedua nash suci itu. Baca lebih lanjut

Khalifah Ketujuh Umayyah: Sulaiman Yang Narsis

Khalifah Ketujuh Umayyah: Sulaiman Yang Narsis

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-ketujuh-umayyah-sulaiman-yang-narsis/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Sulaiman bin Abdul Malik berusia sekitar 40 tahun ketika akhirnya berhasil menggantikan kakaknya, al-Walid, sebagai Khalifah ketujuh dari Dinasti Umayyah. Al-Walid dan Sulaiman sebelumnya ditunjuk satu paket oleh ayahanda mereka, Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

Dalam tulisan sebelumnya, Kekuasaan itu Meninabobokan [Tentang Khalifah Abdul Malik dan Al-Walid], saya ceritakan bagaimana al-Walid gagal menggeser Sulaiman dari jalur suksesi karena keburu wafat. Lantas, bagaimana sosok dan kepemimpinan Khalifah Sulaiman ini?

Sulaiman dibai’at menjadi Khalifah pada tahun 96 H. Dia tercatat sebagai perawi Hadits Nabi dari jalur ayahnya dan Abdurrahman bin Hunaidah. Sejarah mencatat bahwa dia dikenal sebagai orator ulung dan senang berperang. Dia melarang nyanyian dan musik. Dia telah menghidupkan kembali Sunnah Nabi untuk salat di awal waktu, yang mana sebelumnya, menurut Imam Suyuthi, Bani Umayyah mematikan Sunnah Nabi dengan mengakhirkan waktu salat. Baca lebih lanjut

Kekuasaan Itu Meninabobokan [Tentang Khalifah Abdul Malik Dan Al-Walid]

Kekuasaan Itu Meninabobokan [Tentang Khalifah Abdul Malik Dan Al-Walid]

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/kekuasaan-itu-meninabobokan-tentang-khalifah-abdul-malik-dan-al-walid/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Saya kisahkan sebelumnya saat Khalifah Marwan bin Hakam dibai’at menjadi khalifah, ada kesepakatan bahwa setelah periode beliau yang akan menjadi khalifah adalah Khalid bin Yazid dan kemudian Amr bin Sa’id al-Ash al-Ashdaq. Namun Khalifah Marwan malah menunjuk anaknya sendiri, Abdul Malik, dan mengingkari kesepakatan itu.

Saat menunjuk Abdul Malik, Marwan juga berpesan bahwa khalifah setelah Abdul Malik itu adalah saudara Abdul Malik sendiri, yaitu Abdul Azis. Patuhkah Abdul Malik bin Marwan pada kesepakatan ini? Mari kita simak lanjutan mengaji sejarah politik Islam.

Dalam juz 6 kitab Tarikh al-Rusul wal Muluk, Imam al-Thabari menulis sub bab: “Tekad Kuat Abdul Malik bin Marwan untuk Menyingkirkan Saudaranya Abdul Azis bin Marwan”. Abdul Malik berkuasa cukup lama (sekitar 21 tahun), dinasti Umayyah relatif stabil di bawah kekuasaannya, apalagi beliau menggunakan segala macam cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Abdul Malik ingin menunjuk anaknya sebagai penggantinya, ketimbang menunjuk saudaranya sendiri seperti diamanatkan Ayah mereka. Baca lebih lanjut

Tragedi Abdullah Bin Zubair Dalam Perebutan Khalifah

Tragedi Abdullah Bin Zubair Dalam Perebutan Khalifah

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/tragedi-abdullah-bin-zubair-dalam-perebutan-khalifah/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim

Sesama Muslim itu bersaudara. Tidak mungkin sesama umat Islam akan rebutan jabatan khalifah, apalagi institusi khilafah itu diklaim bagian dari ajaran Islam yang sempurna dan pasti benar. Sayang, kenyataannya tidak demikian. Islam tentu diyakini kebenarannya, namun khilafah adalah institusi politik yang tidak selalu bersih dan suci dari perebutan kekuasaan.

Simak kisah pertarungan kekuasaan antara Khalifah Abdullah bin Zubair dan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam lanjutan ngaji sejarah politik Islam di Geotimes.co.id

Saya sudah ceritakan dalam tulisan sebelumnya, Perseteruan Khalifah, Khalifah Marwan bin Hakam meninggal dan digantikan anaknya, Abdul Malik. Imam Suyuthi bertahan dengan pendapatnya bahwa yang sah itu adalah kekhilafahan yang dipimpin oleh Khalifah Abdullah bin Zubair. Sementara Muawiyah II dan Marwan tidak sah, karena dibai’at belakangan–kalah cepat dengan pembai’atan Abdullah bin Zubair. Baca lebih lanjut

Perseteruan Khalifah: Abdullah Bin Zubair Versus Muawiyah II

Perseteruan Khalifah: Abdullah Bin Zubair Versus Muawiyah II

SUMBER: http://nadirhosen.net/berita/perseteruan-khalifah-abdullah-bin-zubair-versus-muawiyah-ii

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim.

Dalam tulisan saya sebelumnya [Kebengisan Khalifah Yazid Menghadapi Oposisi] telah diceritakan bagaimana Khalifah Yazid bin Mu’awiyah mengerahkan pasukannya untuk menyerang kota suci Mekkah yang dikuasai Abdullah bin Zubair. Malangnya, Khalifah Yazid meninggal sebelum berhasil menguasai Mekkah.

Setelah Yazid wafat, anaknya yaitu Mu’awiyah bin Yazid bin Mu’awiyah dibai’at menjadi khalifah. Akan tetapi Abdullah bin Zubair juga mendeklarasikan diri sebagai khalifah di Mekkah. Bagaimana bisa terjadi saling klaim khalifah ini? Siapa khalifah yang sebenarnya? Mari simak kisah berikut ini.

Muawiyah bin Yazid berusia sekitar 17 tahun ketika ayahnya, Yazid bin Muawiyah, wafat dalam usia 36 tahun. Jelas dari sisi kecakapan dan pengalaman, Muawiyah II (untuk membedakan dengan Muawiyah sang kakek) masih bau kencur. Sama sekali tidak layak menjadi khalifah. Tapi semenjak sang kakek mengubah khilafah menjadi kerajaan dengan menunjuk putranya, Yazid, maka yang menggantikan Yazid adalah putranya yang kebetulan juga bernama Muawiyah. Baca lebih lanjut

Khalifah Marwan bin Hakam dan Pohon Terkutuk dalam Qur’an

Khalifah Marwan bin Hakam dan Pohon Terkutuk dalam Qur’an

SUMBER: https://geotimes.co.id/kolom/politik/khalifah-marwan-bin-hakam-dan-pohon-terkutuk-dalam-quran/

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim.

Wafatnya Khalifah Muawiyah II yang hanya berkuasa kurang dari dua bulan membuat masa depan Dinasti Abu Sufyan menjadi suram. Maka, tampillah Marwan bin Hakam dan keturunannya, sehingga gabungan antara dinasti anak cucu Abu Sufyan dan anak cucu Hakam disebut Dinasti Umayyah, yang diambil dari nama klan mereka.

Marwan bin Hakam adalah sosok kontroversial. Ayahnya, Hakam bin Abi Ash, terhitung sebagai sahabat Nabi yang masuk Islam setelah Fathu Makkah. Ada riwayat dari Siti Aisyah bahwa Nabi Muhammad telah melaknat Hakam bin Abi Ash dan keturunannya.

Nabi juga mengusir Hakam keluar Madinah karena tingkah lakunya yang menyakitkan Nabi, meski telah masuk Islam. Namun, pada masa Khalifah Utsman, Hakam yang merupakan paman sang khalifah, namanya direhabilitasi dan kembali ke Madinah. Bahkan Khalifah Utsman mengangkat Marwan bin Hakam, sepupunya, sebagai sekretaris. Baca lebih lanjut

Perang Saudara Sesama Muslim di Jaman Khilafah

Perang Saudara Sesama Muslim di Jaman Khilafah

Sumber: http://nadirhosen.net/tsaqofah/tarikh/perang-saudara-sesama-muslim-di-jaman-khilafah

Oleh Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim.

Pada masa Khilafah jaman old terdapat sejumlah perang saudara sesama umat Islam. Daftarnya bisa sangat panjang. Korbannya juga mereka yang mengucapkan dua kalimat syahadat. Umumnya perang saudara terjadi karena perebutan kekuasaan baik secara lagsung maupun tidak langsung.

Jadi, sebelum banyak orang tergiur dengan propaganda eks HTI yang teriak-teriak bahwa “khilafah adalah satu-satunya solusi umat” atau “tanpa khilafah syariat Islam tidak akan tegak secara kaaffah”, atau jualan lainnya “Islam rahmatan lil Alamin tidak terwujud di masa Nabi Muhammad, dan hanya terwujud di masa Khilafah”, mari simak data sejarah di bawah ini: Baca lebih lanjut